Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

KISAH INSPIRATIF

Kisah adalah cara paling mudah dan ringan untuk menyampaikan sesuatu. Orang dapat menemukan dan memahami konsep dalam sebuah contoh kenyataan melalui kisah.
Bila menurut anda blog ini bermanfaat, sebarkanlah kepada keluarga dan teman-teman anda serta jadilah bagian dari penyuka halaman KISAH INSPIRATIF - HIKAYAT INDAH di facebook.

Minggu, 26 Desember 2010

IBADAH TRENGGILING

Suatu ketika Nabi Musa as menyusuri pantai sepanjang laut. Lalu beliau bermunajat, “Tuhanku, kedua dengkulku lelah sekali dan punggungku berat sekali. Wahai Kekasihku, apa yang hendak kau berlakukan padaku ini ?”

Allah mengutus trenggiling untuk menjawab munajat itu.

Trenggiling menyampaikan, “Wahai keturunan Imran, apakah engkau berharap pada Tuhanmu, dengan ibadahmu padanya ? Bukankah Allah telah memilihmu dan berbicara padamu, dan membuatmu dekat dan bermunajat padaNya ? Demi Yang menciptakanku dan Melihatku, sesungguh aku sudah berada di padang sahara ini selama 360 tahun, selama itu aku bertasbih siang dan malam, sedikit pun aku tidak berpaling dari-Nya. Dan sejak tiga hari lalu aku tidak makan. Bahkan setiap saat gemretaklah tulang-tulangku karena Maha Besar-Nya.”
Selengkapnya...

Rabu, 20 Oktober 2010

SUDAH HAJIKAH ?


Syaikh Al-Junaid Al-Baghdadi q.s. kedatangan seorang tamu. Beliau bertanya, “Dari mana saja anda ?”

Tamu itu menjawab, “Aku baru menunaikan ibadah haji”.

“Sejak pertama berangkat dari rumah, apakah kamu telah meninggalkan semua dosa ?” Syaikh Al-Junaid q.s. kembali bertanya.

“Belum”, tamu itu menjawab.

“Berarti engkau tidak sedang dalam perjalanan ruhani. Apakah setiap beristirahat di malam hari, engkau melintasi semua maqam di jalan menuju Allah ?”

“Tidak”

“Berarti engkau tidak menempuh perjalanan setahap demi setahap. Ketika memakai pakaian ihram, apakah engkau melepaskan sifat-sifat manusiawi seperti engkau melepaskan pakaian sehari-hari ?”

“Tidak”

“Berarti engkau tidak mengenakan pakaian haji (ihram). Ketika engkau singgah di ‘Arafah, apakah engkau menyaksikan (musyahadah) Allah ?”

“Belum”

“Berarti engkau tidak singgah di ‘Arafah. Ketika ke Muzdalifah dan mencapai keinginanmu, apakah engkau telah meniadakan hawa nafsumu ?”

“Belum”

“Berarti engkau tidak pergi ke Muzdalifah. Ketika tawaf mengelilingi Ka’bah, apakah engkau telah menyaksikan keindahan non materil Tuhan ?”

“Belum”

“Berarti engkau tidak mengelilingi Ka’bah. Ketika sa’i antara sofa dan marwa, apakah engkau telah menggapai kesucian dan kebajikan ?”

“Belum“

“Berarti engkau tidak sa’i antara sofa dan marwa. Ketika sampai ke Mina, apakah keinginanmu telah sirna ?”

“Tidak”

“Berarti engkau belum mengunjungi Mina. Ketika sampai di tempat penyembelihan kurban, apakah engkau mengurbankan segala hawa nafsu ?”

“Tidak”

“Berarti engkau belum berkurban. Ketika melempar batu jumrah, apakah engkau telah melemparkan pikiran-pikiran hawa nafsu yang menyertaimu ?”

“Belum”

“Berarti engkau belum melaksanakan jumrah. Engkau belum melaksanakan ibadah haji. Kembalilah ! lakukan ibadah haji seperti yang aku gambarkan agar engkau bisa sampai ke maqam Ibrahim”


Selengkapnya...

Senin, 23 Agustus 2010

AKU TIDAK SEPERTI MEREKA


Pada masa Nabi Dawud a.s., ada seorang penguasa yang kafir dan kejam. Rakyatnya mendatangi Nabi Dawud a.s. untuk mohon pertolongan.

“Wahai Nabi Allah, selamatkanlah kami darinya” pinta mereka pada Nabi Dawud a.s.

Nabi Dawud a.s. pun memerintahkan menangkap dan menghukumnya dengan disalib.

Akhirnya, penguasa ini ditangkap dan diikat di kayu salib di atas gunung pada sore hari. Setelah itu, kembalilah masyarakat ke tempat tinggalnya masing-masing. Tinggallah penguasa ini terikat pada kayu salib di atas gunung sendirian.

Saat sendiri itu, ia berdo’a memohon kepada tuhan-tuhan yang selama ini disembahnya. Hasilnya, tidak ada satu pun yang memberinya pertolongan. Ia tetap sendiri terikat di kayu salib.

Ia kemudian memohon pada bulan dan matahari. Ia berdo’a, “Aku menyembahmu agar engkau bermanfaat bagiku di saat mendapat balai. Berilah aku pertolongan !”

Bulan dan matahari pun tak dapat memberinya pertolongan. Ia tetap sendiri terikat di kayu salib.

Akhirnya, ia menghadap dan memohon kepada Allah. Ia menyebut asma Allah dan memohon kepada-Nya. Ia bermunajat, “Ya Allah ! Aku telah mendurhakai-Mu. Aku telah menyembah selain Engkau. Semuanya tidak memberiku manfaat. Saat ini aku datang menghadap-Mu -Engkau-lah Al-Haqq (Sang Maha Benar) – untuk memohon pertolongan-Mu bagiku. Tolonglah aku dengan rahmat-Mu”

Allah berfirman, “Orang ini telah menyembah beraneka tuhan dalam waktu yang lama dan tidak ada yang memberinya manfaat. (Saat ini) ia kembali berdo’a memohon kepada-Ku. Aku kabulkan baginya. Sungguh Aku yang mengabulkan do’a orang yang dalam kesempitan dan bahaya (mudhtor) bila ia berdo’a kepada-Ku. Wahai Jibril, turunlah pada hamba-Ku ini dan letakkan ia di atas tanah dalam keadaan selamat dan sehat”

Turunlah Malaikat Jibril menolong orang ini sebagaimana yang Allah perintahkan.

Saat subuh tiba, masyarakat pergi mendatangi Nabi Dawud a.s. Mereka berkata, “Izinkanlah kami untuk melepaskannya dari kayu salib”

Nabi Dawud a.s. pun memberi mereka izin.

Saat tiba di atas gunung, mereka menemukan penguasa itu masih hidup serta selamat dan sehat. Ia sudah terbebas dari salib dan berada di atas tanah dengan sehat dan selamat. Masyarakat pun geger dan melaporkannya pada Nabi Dawud a.s.

Nabi Dawud a.s. berangkat untuk memeriksa dan membuktikannya. Saat tiba, disaksikanlah bahwa laporan itu memang benar.

Shalatlah Nabi Dawud a.s. dua raka’at dan bermunajat, “Ya Allah ! Beritahulah aku tentang keajaiban yang aku lihat ini”.

Allah menurunkan wahyu padanya, “Wahai Dawud ! Sungguh hamba ini telah memohon kepada-Ku, maka Aku kabulkan permohonannya. Sungguh, apabila Aku tidak mengabulkan sebagaimana tuhan-tuhan yang disembahnya, maka apa perbedaan-Ku dari mereka ? Seperti itulah yang Aku lakukan pada orang-orang yang kembali kepada-Ku. Wahai Dawud ! Tunjukkanlah iman padanya, karena sesungguhnya ia akan beriman dan akan baik imannya. Aku-lah yang berfirman benar (haqq) dan Aku yang menunjukkan serta mengantarkan jalan”.

Selengkapnya...

Selasa, 29 Juni 2010

BENARKAH ?


Suatu hari, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani q.s. berjalan bersama beberapa muridnya di padang pasir. Hari sangat panas dan mereka sedang berpuasa, sehingga sangat letih dan haus.

Tiba-tiba, munculah sekumpulan awan di langit melindungi mereka dari teriknya sinar matahari. Setelah itu, sebatang pohon kurma dan kolam air muncul. Lalu tampaklah cahaya berkilauan di celah awan. Terdengarlah suara, “Wahai Abdul Qadir ! Akulah Tuhanmu. Makan dan minumlah, karena telah aku halalkan bagimu apa yang telah aku haramkan untuk orang lain!”

Syaikh Abdul Qadir q.s. menatap cahaya itu dan menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk”

Cahaya, pohon kurma dan kolam air itu pun lenyap seketika. Tak lama kemudian, tampaklah Iblis dalam bentuknya yang asli. Ia bertanya, “Bagaimana engkau tahu bahwa itu suaraku (bukan suara Tuhan) ?”

Syaikh Abdul Qadir q.s. menjawab, “Syari’at sudah sempurna, tidak akan berubah sampai akhir zaman. Allah tidak akan merubah yang haram menjadi halal, walau pun untuk orang-orang pilihannya”.

Iblis berkata, “Aku telah menipu 70 orang salik dengan cara ini. Ilmu yang engkau miliki ternyata lebih luas dari mereka. Tapi, apakah hanya sebanyak ini pengikutmu ? Sudah sepatutnya semua penduduk bumi menjadi pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para Nabi”.

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani q.s. pun menjawab, “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui dari engkau. Bukanlah karena ilmuku aku selamat, tapi karena rahmat Allah Pengatur seluruh alam”,


Selengkapnya...

Senin, 07 Juni 2010

UNTUK APA KETENTUAN AGAMA ?


Abdurrahman bin Al-Hakam – pemimpin Andalusia – mengundang sejumlah ulama ahli fiqih ke istananya. Ia menghadapi masalah pelik. Ia telah melanggar aturan bulan Ramadhan. Ia tidak sanggup menahan hasrat birahinya, sehingga berhubungan seksual dengan istrinya di siang hari. Ia bertanya kepada para ulama ahli fiqih itu, “Bagaimana saya bertaubat ? Apa penebus untuk dosa saya ?”

Syaikh Yahya bin Yahya Al-Laitsi yang juga hadir di sana berkata, “Selain harus bersungguh-sungguh mohon ampun kepada Allah, engkau harus berpuasa dua bulan berturut-turut”.

Mendengar fatwa ini, semua ulama yang lain diam. Tidak ada di antara mereka yang menyanggahnya. Mungkin mereka semua menghormati Syaikh Yahya bin Yahya Al-Laitsi.

Setelah pertemuan selesai, para ulama pergi meninggalkan istana. Di perjalanan, salah seorang ulama menghampir Syaikh Yahya Al-Laitsi dan bertanya, “Mengapa hanya itu yang engaku fatwakan ? Bukankah, ada tiga cara untuk penebusnya, yaitu memerdekakan hamba sahaya, memberi makan 60 fakir miskin dan berpuasa dua bulan berturut-turut ?”

Syaikh Yahya Al-Laitsi menjawab, “Kalau itu yang saya sampaikan, ia keenakan. Baginya memerdekakan hamba sahaya atau pun memberi makan fakir miskin sangat mudah. Bukankah ia orang kaya (?) itu tidak akan menjadi pelajaran bagi dirinya. Aku sengaja memilih yang itu untuk mendidik dia agar tidak mengulanginya lagi”.

Selengkapnya...

Rabu, 02 Juni 2010

AKU MURIDMU


Suatu hari, Syaikh Kholil Bangkalan Madura mendadak tanpa berita lebih dulu datang menemui muridnya K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng. Beliau datang untuk mengikuti majelis pengajian muridnya itu. Beliau menyampaikan, “Dulu saya memang yang mengajari anda. Tapi, hari ini saya menyatakan bahwa saya yang menjadi murid anda”.

K.H. Hasyim Asy’ari menyatakan, “Tidakkah anda salah ? Aku ini murid anda dan selamanya aku adalah murid anda”.

Syaikh Kholil tetap bersikeras ingin menjadi murid dan mengikut pengajian hadis K.H. Hasyim Asy’ari.

Bila pengajian selesai. Kedua ulama ini berlomba mencari sandal gurunya. K.H. Hasyim Asy’ari mencari sandal Syaikh Kholil dan Syaikh Kholil mencari sandal K.H. Hasyim Asy’ari. Keduanya berusaha menyiapkan sandal itu untuk dipakai gurunya sebagai tanda bakti pada gurunya.

Selengkapnya...

Selasa, 25 Mei 2010

MEREKA BERSALAH


Seorang laki-laki terengah-engah datang menemui khalifah ‘Umar bin Khottob r.a. Mukanya merah dan suaranya menggeletar. Ia bercerita, ‘Wahai Amiral Mukminin ! Dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat pemuda fulan dan pemudi fulanah sedang berpelukan dengan mesra di balik pohon kurma”.

Laki-laki itu berharap ‘Umar bin Khottob r.a. akan memanggil kedua anak muda itu dan memberikan hukuman kepada mereka.

Namun, ternyata tidak. Umar bin Khottob r.a. malah mencengkeram leher laki-laki itu dan memukulnya dengan gagang pedang. Umar bin Khottob r.a. berkata dengan keras, “Kenapa engkau tidak menutupi keburukan mereka dan berusaha agar mereka bertaubat ? Tidakkah engkau ingat sabda Rasulullah s.a.w., “Siapa yang menutupi keburukan saudaranya, maka Allah pasti akan menutupi keburukannya di hari qiyamat” ?”

Selengkapnya...

Rabu, 12 Mei 2010

SUARA DARI KUBUR


Sekelompok tabi'in (murid para sohabat r.a.) berkunjung ke rumah Syaikh Abu Sinan. Syaikh Abu Sinan berkata, "Mari kita melayat ke rumah tetanggaku yang saudaranya baru saja meninggal dunia"

Salah seorang di antara mereka, yaitu Syaikh Muhamma bin Yusuf Al-Guryani berkata, "Maka akami pergi ke rumah duka. di sana,kami mendapati banyak orang menangis dan meratapi kepergian si mayit. Maka kami mengucapkan kalimat bela sungkawa kepada kawan kami yang sedang kesusahan itu, tetapi ia tidak peduli dengan ucapan kami.

Kami berkata, "Apakah engkau tidak tahu bahwa kematian adalah sesuatu yang tak dapat dihindari ?"

Kawan kami itu menjawab, "Aku tidak mengingkari kematian, tetap yang aku pikirkan bagaimana nasib saudaraku yang mati ini. Apakah ia akan terlepas dari siksa ataukah tidak ?"

Kami bertanya, "Apakah kamu telah diperlihatkan sesuatu yang gaib ?"

Ia menjawab, "Tidak, tetapi setelah aku menguburkan jenazahnya dan semua orang telah pergi, aku duduk sendiri di sisi kuburnya. Tiba-tiba aku mendengar suara rintihan saudaraku dari dalam kuburnya, "Mengapa mereka membiarkan kau tersiksa sendirian di dalam kuburku, padahal dulunya aku selalu shalat dan berpuasa ?" Maka aku menangis dan membongkar kuburnya. Aku terkejut, karena kulihat ada api di dalam kuburnya dan pada lehernya terdapat seuntai kalung dari api. Karena aku merasa kasihan, kuulurkan tanganku kepada saudaraku, sampai-sampai jari-jemari dan tanganku ikut terbakar. Ketika ia mengulurkan tangannya, kulihat tangannya menjadi hitam karena terbakar. Maka aku segera mengembalikan tanah kuburnya dan segera pulang. bagaimana aku tidak susah ketika aku tahu saudaraku sedang tersiksa ?"

Kami bertanya lagi kepadanya, "Apa yang biasa ia lakukan ?"

Kawan kami menjawab, "Ia tidak pernah membayar zakat dari hartanya"

Maka kami pun mengatakan, "Jika demikian, kejadian itu adalah seperti halnya firman Allah : sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilakn itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Ali 'Imron : 180)"

Selengkapnya...

Senin, 10 Mei 2010

BAHASA HATI


Suatu ketika, ada orang yang sangat kurang pendidikannya. Ia merasa menjalani hidup penuh dengan kesukaran dan kesengsaraan. Ia mencari petunjuk ke sana ke mari. Akhirnya ia menemui seorang ulama. Ia bertanya tentang bagaimana cara yang bisa ia tempuh agar bisa hidup lebih baik.

Ulama itu berpikir cukup panjang mencari jalan yang bisa dinasehatkan pada orang itu. Apa cara yang mudah ia pahami dan jalankan dengan keterbatasan pendidikannya. Akhirnya ulama itu nasehatkan, “Bacalah fatihah seribu kali setiap hari”. Beliau pikir Al-fatihah besar serta banyak faedahnya dan sebodoh-bodohnya seorang muslim, pasti ia tahu dan bisa membaca surat Al-fatihah.

Setelah mendapat nasehat itu, pulanglah orang itu dengan penuh tekad dan keyakinan. Ia akan berusaha melaksanakan nasehat itu.

Selang beberapa lama berlalu, ia datang kembali mengunjungi ulama yang menasehatinya. Kunjungannya kali ini berbeda. Ia datang untuk berterima kasih. Hidupnya sudah berubah. Secara ekonomi ia sudah sejahtera. Pada kedatangan kali ini, ia sudah mengendarai mobilnya sendiri. Ia pun datang membawa banyak oleh-oleh.

Ulama yang dikunjungi sudah lupa apa nasehatnya. Ia pun bertanya, “Apa yang saya sampaikan waktu itu sehingga hidup anda berhasil berubah ?”

Orang itu menjawab, “Anda menasehati saya untuk membaca fatihah seribu kali sehari”
Ulama itu penasaran. Ia bertanya lebih lanjut, “Bagaimana cara anda melaksanakannya ?”

Orang itu menjawab, “Ya, saya baca fatihah, fatihah, fatihah sampai seribu kali setiap hari”.

Kaget dan tercenganglah ulama itu. Ternyata saking terbatasnya pendidikan orang itu, ia tidak tahu bahwa yang dimaksud adalah membaca surat Al-fatihah secara lengkap seribu kali. Ia malahan memahaminya sebagai mengulang-ulang kata fatihah seribu kali. Namun, ternyata hidupnya kemudian berubah. Allah mengabulkan permohonannya.

Ternyata, komunikasi dengan Allah adalah komunikasi bahasa hati, bukan bahasa lisan. Allah memperhatikan maksud yang terkandung di dalam hatinya, bukan sekedar ungkapan lisannya.

Selengkapnya...

Kamis, 06 Mei 2010

TAWAKKAL SEMUT


Pada suatu hari, Nabi Sulaiman a.s. bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut ! Berapa banyak engkau memperoleh rizki dari Allah dalam jangka satu tahun ?’

Semut menjawab, “Sebesar biji gandum”.

Jawaban itu mengejutkan Nabi Sulaiman a.s. Beliau a.s. kemudian memberikan sebiji gandum pada semut itu dan memiliharanya dalam sebuah botol.

Setelah jangka waktu satu tahun berlalu, Nabi Sulaiman a.s. membuka botol tersebut untuk melihat nasib sang semut. Beliau a.s. menemukan semut itu hanya memakan sebagian biji gandum yang diberikannya.

Nabi Sulaiman a.s. bertanya, “Mengapa kamu hanya memakan sebagian, tidak menghabiskannya ?”

Semut menjawab, “Selama ini aku bertawakkal kepada Allah. Aku yakin Allah tidak akan melupakanku. Tapi, ketika aku berusaha pasrah bergantung kepadamu, aku tidak yakin apakah kamu masih ingat kepadaku setahun ke depan dan memberiku sebiji gandum lagi. Karena itulah, aku hanya memakan sebagiannya saja, sebagai persiapan bekal untuk tahun berikutnya”.

Selengkapnya...

Kamis, 15 April 2010

GURU YANG JELI


Pada masa daulah Ustmaniyyah, ada seorang guru sufi besar di Islambul. Ketenarannya sampai ke telinga sultan. Sultan pun datang berkunjung ke pondoknya setiap kamis malam. Ia mengikuti pengajian dan zikir di sana.

Setelah beberapa minggu, sultan menyampaikan kepada syaikh itu, “Sungguh aku mencintai anda dan ajaran anda. Aku senang ikut serta dalam majelis zikir anda. Mintalah apa pun yang anda inginkan ! Jika itu berada dalam kekuasaanku, maka akan aku berikan”.

Syaikh menjawab, “Aku memiliki satu permintaan. Aku minta janganlah anda kembali lagi kemari”,

Sang sultan merasa heran dan terganggu. Ia pun bertanya, “Apakah aku menyinggung perasaan anda ? Atau aku melanggar salah satu aturan atau tradisi dalam jama’ah anda ? Jika demikian, aku sangat menyesal. Aku yakin hal itu di luar kesadaranku. Itu bukan karena kurangnya penghargaanku pada anda dan tradisi anda”.

Syaikh menjawab, “Bukan. Masalahnya bukan pada diri anda. Anda selalu bersikap penuh penghormatan. Masalahnya ada pada murid-muridku. Sebelum anda datang, mereka berzikir dan berdo’a kepada Allah. Kini mereka berzikir dan berdo’a untuk memuaskan anda. Karena itu, aku harus meminta anda untuk tidak kembali. Kami belum kuat untuk menanggung kehadiran anda”.

Selengkapnya...

Rabu, 14 April 2010

JIHADKU


Sahabat Ali bin Abi Tolib k.w. dalam pertarungan di sebuah pertempuran telah menjatuhkan lawan duelnya. Beliau siap untuk mengakhiri pertarungan dengan satu tebasan pedang lagi. Saat itu, musuhnya yang sudah jatuh meludahi beliau.

Sahabat Ali bin Abi Tholib k.w. pun melangkah mundur seraya berkata, “Kau boleh pergi ! Nyawamu diharamkan untukku saat ini”.

Musuhnya heran dan bertanya, “Apa maksudmu ?”

Ali bin Abi Tolib k.w. menjawab, “Aku berperang karena (demi) Allah dan mungkin saja aku ingin membunuhmu di tengah pertempuran, bertarung demi agamaku. Tapi, ketika engkau meludahiku, kau membuatku marah. Aku akan bertempur dan bahkan membunuh (dalam pertempuran) karena Allah, namun aku tidak akan menjadi seorang pembunuh karena nafsuku”

Musuh itu pun tersentuh dan kemudian menjadi seorang muslim.


Selengkapnya...

Selasa, 13 April 2010

KEKUATAN KATA


Seorang pria kaya dan terhormat mengundang beberapa tamu penting pada sebuah jamuan makan malam. Setelah makan malam, putrinya tiba-tiba merasa pusing dan harus dibaringkan di tempat tidur.

Pria kaya sebagai tuan rumah meminta ulama yang menjadi salah seorang tamunya untuk berdo’a bagi putrinya. Ulama itu pun mengucapkan beberapa do’a dan kalimat–kalimat dari kitab suci untuk memohon kesembuhan.

Melihat itu, seorang dokter yang ada di sana merasa kesal. Ia berkomentar, “Mengapa jaman modern sekarang ini masih mempercayai takhayyul semacam itu ? Kita mempunyai aneka ragam obat dan vitamin untuk menyembuhkan”.

Mendengar komentar itu, sang ulama berkata, “Mengapa sekarang ada keledai yang menjadi dokter (?). Bagaimana mungkin orang bodoh yang tidak memiliki kepekaan dapat menjadi dokter (?)”

Mendengar ucapan itu, sang dokter terdiam. Mukanya merah padam karena tersinggung dan marah.

Ulama itu berkata kembali dengan sopan dan lembut, “Maafkan saya, ucapan itu saya katakan hanya untuk menjelaskan sesuatu. Bila ucapan duniawi seperti itu dapat membuat perubahan pada diri seseorang, seperti muka anda yang menjadi merah padam, pembuluh darah yang membesar, jantung berdebar dan adrenalin meningkat, maka sangat mungkin do’a dan kalimat-kalimat kitab suci pun dapat membuat perubahan - membantu kesembuhan.”


Selengkapnya...

Jumat, 09 April 2010

BAGAIMANAKAH ENGKAU SHALAT ?


Suatu ketika, ‘Asom bin Yusuf mendatangi majelis pengajian Hatim Al-Asom dengan maksud berdebat dengannya. Bertanyalah ia, “Wahai Abu Abdirrohman, bagaimanakah engkau shalat ?”

Hatim menoleh dan melihat kepada ‘Asom serta berkata kepadanya, “Bila datang waktu shalat, aku berdiri lalu berwudu dengan wudu zohir dan batin”

‘Asom bertanya, “Bagaimanakah wudu batin itu ?”

Hatim menjawab, “Adapun wudu zohir adalah aku membasuh anggota tubuhku dengan air, sedangkan wudu batin adalah adalah aku membasuhnya dengan tujuh hal, yaitu dengan taubat, penyesalan, meninggalkan cinta dunia (hubbud dunya), pujian makhluk, riyasah (jabatan/status sosial), ghull dan hasud. Setelah itu aku pergi ke masjid. Aku siapkan tubuhku, menghadap kiblat, meletakkan diriku di antara roja (harapan) dan khoufku (takutku). Allah “di hadapanku”, surga di kananku, neraka di kiriku, Malaikat maut di belakang punggungku dan seakan aku meletakkan telapak kakiku di atas sirot serta aku menyangka bahwa inilah shalatku yang terakhir. Kemudian aku berniat, bertakbir dengan ihsan, membaca ayat Al-Quran dengan tafakkur, ruku’ dengan tawadu’, sujud dengan tadorru’, bertasyahhud dengan penuh harap, dan salam dengan ikhlas. Inilah shalatku selama 30 tahun.

‘Asom berkata padanya, ”Ini sesuatu yang orang lain tidak mampu melakukannya”.

Menangislah ‘Asom dengan tangisan yang luar biasa (memilukan), menyadari kelemahan dirinya dalam ibadah selama ini.


Selengkapnya...

Rabu, 07 April 2010

MENGAPA ?


Ada seorang penebang kayu yang shalih. Ia tinggal di sebuah daerah yang berdekatan dengan sebuah desa yang penduduknya termasuk kaum musyrikin. Mereka menyembah pohon yang tumbuh di tengah desa mereka.

Suatu hari, penebang kayu itu memutuskan untuk menebang pohon yang disembah itu. Ia ingin menunjukkan bahwa yang disembah itu bukan Tuhan, hanya sebatang pohon yang juga makhluk Tuhan. Mereka seharusnya menyembah Allah – Tuhan Pencipta mereka, Pencipta pohon yang mereka sembah serta Pencipta seluruh alam semesta.

Di tengah perjalanan, ia dihentikan oleh seorang laki-laki. Laki-laki itu bertanya, “Hendak ke mana ?”

“Demi Allah, aku hendak menebang pohon yang disembah oleh penduduk itu”, penebang kayu itu menjawab.

“Itu kesalahan”, laki-laki itu berkata lagi.

“Siapa kau hingga berhak mengatakan apa yang harus ku lakukan ?” tanya penebang kayu.

“Aku adalah Iblis. Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon itu”

Penebang kayu itu bergerak. Ia menarik Iblis dan membantingnya ke tanah dengan mudah. Ia letakkan kampaknya di leher Iblis.

Iblis menyampaikan alasan logis, “Kau bersikap tidak masuk akal. Mereka tidak akan membiarkanmu menebang pohon yang mereka sembah. Bahkan, bila kau melakukannya, mereka mungkin akan membalas dengan membunuhmu. Istrimu akan menjadi janda. Anak-anakmu menjadi yatim. Selain itu, bila kau menebang pohon itu, mereka akan mencari pohon lain untuk mereka sembah. Pikirkanlah !”

Iblis melanjutkan strateginya, “Aku memberi penawaran kepadamu. Aku tahu bahwa kamu seorang yang miskin, namun juga seorang yang taat dan mempunyai sebuah keluarga besar. Salian itu, kamu pun senang menolong orang lain. Setiap hari, aku akan menaruh dua koin emas di bawah tempat tidurmu. Dengan itu, kamu terhindar dari bahaya pembunuhan dan dapat membiayai keluargamu serta membantu orang lain”.

Penebang kayu ini setuju. Kembalilah ia pulang. Ia membatalkan maksudnya untuk menebang pohon dan menghilangkan kemusyrikan.

Keesokan harinya, ia menemukan dua koin emas di bawah tempat tidurnya. Ia memakainya untuk nafkah keluarganya dan membantu orang lain.

Pada pagi hari berikutnya, ia tidak menemukan lagi koin emas itu. Ia mencari ke seluruh ruangan dan tetap tidak menemukannya. Ia pun Marahlah terhadap pengkhianatan Iblis itu. Ia segera menyiapkan kampaknya dan berangkat untuk menebang pohon itu.

Di tengah perjalanan, ia kembali dihentikan Iblis. Sambil tersenyum menyeringai Iblis bertanya, “Hendak ke mana ?”

“Penipu, pembohong ! Aku hendak menebang phon itu” jawab sang penebang kayu.

Iblis menyentuh dada sang penebang kayu dengan satu jarinya. Sang penebang kayu langsung terpelanting jatuh ke tanah karena kekuatan sentuhan itu. Iblis menyentuh dan menekan dadanya dengan satu jari seraya berkata, “Kau ingin aku bunuh ? Dua hari lalu kau yang ingin membunuhku. Berjanjilah kau tidak akan menebang pohon itu !”

Sang penebang kayu menjawab, “Aku berjanji tidak menebang pohon itu. Namun, katakanlah satu hal padaku. Dua hari yang lalu aku mengalahkanmu dengan mudah. Dari mana kamu mendapatkan kekuatan untuk mengalahkanku hari ini ?”

Iblis tersenyum dan berkata, “Saat itu kau hendak menebang kayu karena Allah, namun hari ini kau berkelahi denganku karena dua koin emas”.

Selengkapnya...

Sabtu, 03 April 2010

DO'AKU TERKABUL !!!


Seorang laki-laki berdo’a kepada Allah SWT ingin mendapatkan makanan tanpa harus berusaha. Selepas berdo’a ia pergi dan mendapati dua orang yang sedang berkelahi. Ia berusaha melerainya. Namun, ia malah dipukuli oleh kedua orang yang bertikai itu.

Mereka bertiga akhirnya ditangkap polisi dan dijebloskan ke dalam penjara. Laki-laki itu merenung, “Mengapa ia harus mengalami kejadian ini. Aku kan sebenarnya berdo’a meminta makanan tanpa harus berusaha”

Tak lama kemudian datanglah petugas penjara. Ia membawa ransum jatah makanan untuk para tahanan. Saat itulah, laki-laki itu tahu bahwa do’anya telah terkabul.

Selengkapnya...

Jumat, 02 April 2010

ORANG BANGKRUT YANG SELAMAT


Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat ada seorang hamba yang datang dengan membawa kebaikan yang luar biasa banyak dan besarnya bagaikan gunung.

Saat itu diserukan, "Siapa yang memiliki haqq padanya, datangilah ia dan ambillah haq itu darinya !"

Berdatanganlah orang-orang mengambil berbagai kebaikannya sebagai [engganti dari haqq yang belum ditunaikannya di dunia.

Saking banyaknya yang mengambil, habislah kebaikannya. Jadilah pemilik kebaikan itu sebagai orang bangkrut dan kebingungan. Kebaikannya yang begitu banyak dan besar habis untuk membayar haq orang lain yang belum ia tunaikan di alam dunia.

Saat itu Allah berfirman kepadanya, "Wahai hamba-Ku, sungguh pada-Ku ada harta karun milikmu yang tidak terlihat oleh siapapun makhluk-Ku"

Ia bertanya, "Ya Tuhanku, apakah itu ?"

Allah menjawab, "Niatmu yang dengan niat itulah engkau berbuat kebaikan. Aku tuliskan niat itu bagimu di sisi-Ku tujuh puluh kali lipat"

Selengkapnya...

Rabu, 31 Maret 2010

SIAPA BERSAMAMU ?


Syaikh Al-Junaid q.s. (menurut riwayat lain kisah ini berkaitan dengan Syaikh 'Abdul Qodir al-jailani q.s.) memiliki seorang murid yang masih muda dan sangat ia cintai. Murid-murid yang lain tergoda rasa iri melihat kecintaan guru mereka pada temannya.

Suatu hari, syaikh Al-Junaid q.s. menyuruh murid-muridnya membeli seekor ayam dan menyembelihnya di tempat yang tidak dilihat siapa pun. Apa pun yang terjadi, mereka harus kembali paling lambat saat matahari terbenam.

Satu-persatu murid-murid itu kembali dengan membawa ayam sembelihannya. Terakhir, datanglah murid yang masih muda itu dengan membawa ayam yang masih hidup.

Murid-murid yang lain mentertawakannya seraya saling berbisik, ”Betapa akhirnya murid itu tampak kebodohan dan kelemahannya. Ia jelas tidak mampu melaksanakan perintah gurunya”.

Syaikh Al-Junaid q.s. memeriksa murid-muridnya. Ia bertanya tentang apa yang mereka masing-masing lakukan untuk melaksanakan perintahnya.

Murid pertama menjelaskan bahwa ia membawa ayam ke rumahnya, mengunci pintu dan menyembelihnya.

Murid kedua mengatakan bahwa ia membawa ayam ke rumahnya, mengunci pintu, menutup tirai dan masuk ke dalam lemari tertutup baru menyembelihnya.

Murid lain mengatakan bahwa ia pun melakukan hal yang sama, hanya ia menutup matanya dengan kain, sehingga ia sendiri pun tidak melihat penyembelihannya.

Murid yang lain lagi membawa ayam ke tempat gelap, terpencil di dalam hutan baru menyembelihnya..

Murid yang lain pergi ke sebuah gua yang gelap gulita.

Akhirnya sampailah pada murid muda itu. Ia menundukkan kepala. Ayamnya masih berkotek dalam pelukannya. Dengan lirih ia berkata, “Aku telah membawa ayam ini ke rumah, namun Allah berada di segala isi rumah. Aku pergi ke tempat paling terpencil di hutan, namun Allah tetap ikut bersamaku. Bahkan, di gua paling gelap pun, Allah ada di sana. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak melihatku”.

Tahulah murid yang lain, mengapa syaikh Al-Junaid q.s. mencintai murid muda itu.

Selengkapnya...

Minggu, 28 Maret 2010

MEREKA TELAH TERTIDUR


Ada seorang laki-laki yang terpikat hatinya oleh seorang wanita. Saat wanita itu pergi untuk memenuhi kebutuhannya, ia pergi menyertainya.

Ketika tiba di daerah sepi dan rombongan telah tertidur, datanglah laki-laki itu menemui si wanita. Ia menyampaikan hasrat dirinya. Wanita itu berkata, “Lihatlah ! Apakah semua orang telah tertidur ?”

Bergembiralah laki-laki itu. Ia menyangka wanita itu akan memenuhi hasratnya. Ia pun pergi berkeliling. Ia perhatikan semuanya. Ternyata semua orang memang telah tertidur.

Kembalilah ia menemui wanita itu. Ia berkata padanya, “Benar, semua orang telah tertidur”

Wanita itu bertanya, “Apa pendapatmu tentang Allah Ta’ala ? Apakah Dia pun tertidur saat ini ?”

Laki-laki itu menjawab, “Sungguh Allah tidak tidur. Dia tak terkena kantuk dan tidur”.

“Sungguh Zat yang tidak terkena kantuk dan tidur selalu melihat kita, walaupun seluruh manusia tidak melihat kita. Zat itu lebih patut kita takuti”, wanita itu mengingatkan.

Pergilah laki-laki itu meninggalkan sang wanita, karena takut kepada Allah. Ia pun bertaubat lalu kembali ke desanya.

Saat ia telah wafat, orang-orang bermimpi bertemu dengannya. Ditanyakan padanya, “Apa yang Allah lakukan padamu ?”

Ia menjawab, “Allah mengampuniku sebab takutku (pada-Nya) dan aku meninggalkan dosa (waktu) itu”.


Selengkapnya...

Rabu, 24 Maret 2010

SIAPA YANG MENGENAL ALLAH


Malaikat Jibril merasa penasaran. Ia ingin tahu siapa hamba yang termulia di dunia. Ia pun berkeliling mencari.

Akhirnya ia menemukan seorang laki-laki di dalam gua yang dikenal sebagai ahli ibadah yang terbaik. Laki-laki ini dikenal hanya tidur satu atau dua jam semalam. Ia menghabiskan seluruh sisa waktunya dengan sembahyang dan tafakkur . Ia hanya menikmati satu hidangan kecil dalam sehari dari makanan yang ditinggalkan penduduk desa untuknya. Jibril sangat terpesona oleh pria itu. Ia merasa yakin bahwa akhirnya menemukan hamba termulia di dunia.

Saat meninggalkan gua, Jibril melihat seorang laki-laki sedang berusaha mendirikan pagar. Ia sangat mabuk, sehingga tidak dapat menancapkan tiang pagar pada lubang yang sudah digalinya. Ia bergumam, “Ya Allah, bantulah ! Ya Allah, aku tidak dapat melakukan apa pun tanpa pertolongan-Mu. Bantulah aku menancapkan tiang pagar ini“.
Jibril terkejut dan tersinggung melihat pria ini menyebut nama Allah dalam keadaan mabuk.

Ketika pemabuk itu menoleh dan melihat Jibril, ia berkata, “Jangan ! Engkau jangan coba membantuku ! Aku tidak ingin bantuanmu. Aku ingin Allah yang membantuku”.
Kaget terhadap perbedaan si pemabuk dan si ahli ibadah yang sangat disiplin, Jibril pun kembali. Saat ia menceritakan perjalanan kepada Allah, Allah bertanya, “Apakah kamu melihat temanku dengan tiang pagar ?”

Jibril terkejut. Ia menjawab bahwa ia bertemu dengannya, namun ia kagum pada ahli ibadah yang hidup dalam gua.

Allah bertanya, “Ahli ibadah yang mana ? Aku tidak mengenalnya”.

Jibril semakin terkejut.

Allah memerintahkan Jibril untuk menguji kedua orang tersebut, ‘Katakan pada mereka masing-masing bahwa Aku akan menemui mereka segera setelah Aku selesai memasukkan seratus ekor gajah melalui lubang jarum. Kau akan paham kemudian”.

Mula-mula Jibril mendatangi sang ahli ibadah dan menyampaikan firman Allah SWT. Sang ahli ibadah menjatuhkan tasbihnya dengan marah serta berseru, “Itu berarti Allah tidak akan pernah datang. Tidaklah mungkin bahkan untuk memasukkan seekor gajah ke lubang jarum (apalagi seratus). Jika Allah tidak akan datang, maka aku akan berhenti dari jalan hidup yang bodoh ini serta pergi ke kota dan bersenang-senang”.

Dengan sangat kecewa, Jibril kemudian pergi menemui si pemabuk yang masih berjuang dengan tiang pagarnya. Lelaki itu berkata, “Sudah kukatakan padamu, aku tidak membutuhkan bantuanmu. Pergilah !”

Jibril pun memperkenalkan diri sebagai malaikat dan menyampaikan pesan Allah. Laki-laki itu berseru, “Allah akan datang kapan pun sekarang ini. Allah sama sekali tidak membutuhkan waktu sedikit pun untuk memasukkan seratus ekor gajah melalui lubang jarum”.

Ia kemudian menjatuhkan tiang pagarnya dan menggandeng Jibril. Ia pun berputar dan menari dalam irama ekstase spiritual. Saat Jibril berputar bersama pria itu, ia merasakan kehadiran Allah ikut menari bersama mereka.

Selengkapnya...

Selasa, 23 Maret 2010

SIDQUN NIYAH (NIAT YANG BENAR)


Di hari kiamat, semua hamba mendapatkan kitab catatan amalnya. Di antara penerima catatan amal tersebut, ada seornag hamba yang meneriman catatan amal dari sebelah saat ia membuka catatannya ia menemukan hajji, jihad, sodaqoh - amal-amal - yang tidak dilakukannya.

Ia melakukan klarifikasi kepada Allah, "Wahai Tuhanku ini bukan kitab catatan amalku, karena sungguh aku tidak pernah melakukan sesuatu yang tercantum di dalamnya"

Allah Ta'ala menjawab, "Ini kitab catatan amalmu, karena sungguh engkau telah hidup dalam umur yang panjang dan engka telah berkata, "Kalaulah aku memiliki harta, aku akan berhaji dari harta itu, kalaulah aku memiliki harta, aku akan bersodaqoh dari harta itu" Aku (Allah) mengetahui sidiqnya (benarnya) niatmu dan Aku memberimu pahala semua perbuatan itu".

Selengkapnya...

Jumat, 19 Maret 2010

KEYAKINAN YANG KUAT

Suatu hari, syaikh Hasan Al-Basri q.s. duduk di tepi sungai Tigris di Bagdad. Beliau menunggu perahu untuk menyeberang.

Saat itu, Habib Al-Ajami q.s. datang dan berkata, “Ya syaikh, apakah yang engkau tunggu ?”

Syaikh Hasan Al-Basri q.s. menjawab, “Aku menunggu perahu untuk menyeberang”.

“Engkau adalah seorang imam dan engkau duduk menunggu perahu di sini untuk menyeberang (?) Mari ke sini, ucapkanlah bismillah dan menyeberanglah !”, kata Habib Al-‘Ajami q.s..

Habib Al-‘Ajami q.s. kemudian mengucapkan bismillahirrohmanirrohim. Kemudian ia berjalan di atas air menyeberangi sungai Tigris.

Syaikh Hasan Al-Basri q.s. pun menangis, “Orang ini orang yang asing dan buta huruf. Ia menyeberangi sungai dengan keyakinannya dan aku masih duduk di sini”.

Selengkapnya...

Senin, 15 Maret 2010

AKU BELUM AKAN MATI

Ada dua orang bersaudara yang perilakunya sangat bertolak belakang. Yang seorang rajin ibadah dan tinggal di atas gunung. Yang seorang lagi pendurhaka pengikut hawa nafsu dan tinggal di kota di kaki gunung.

Orang yang rajin ibadah memiliki keinginan untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan dengan Iblis. Sampai satu hari keinginan itu tercapai - Iblis menampakkan diri kepadanya.

Dalam pertemuan itu, Iblis berkata kepadanya, "Engkau sungguh bodoh, engkau menghabiskan waktu 40 tahun untuk mengendalikan nafsumu dan melelahkan badanmu, padahal sungguh masih tersisa umurmu 40 tahun lagi. Maka ikutilah hasrat nafsumu".

Mendengar hal itu, si rajin ibadah berkata dalam hatinya, "Aku ingin turun menemui saudaraku dan mengikutinya makan, minum dan menikmati berbagai kelezatan selama 20 tahun, setelah itu aku bertaubat dan beribadah kepada Allah selama 20 tahun yang tersisa dari umurku".

Si rajin ibadah pun pergi meninggalkan tempat tinggal dengan niat yang terbetik di hatinya itu.

Pada saat yang sama, saudaranya yang pendurhaka tersadar dari mabuknya dan menemukan dirinya dalam kondisinya yang sangat hina. Ia tersungkur di tanah dalam kegelapan dan bajunya basah oleh air seninya sendiri. Saat itu dalam hatinya ia berkata, "Aku telah menghabiskan umurku dalam kedurhakaan, sedangkan saudaraku menikmati lezatnya taat dan munajat kepada Allah sehingga ia kan masuk surga dan aku masuk neraka".

Si pendurhaka pun meneguhkan tekad untuk bertaubat dan berniat untuk berbuat baik dan beribadah. untuk mewujudkan niatnya, ia naik ke atas gunung menemui saudaranya yang rajin ibadah.

Saat itu, si rajin ibadah turun dengan niat berbuat durhaka dan si pendurhaka naik dengan niat bertaubat dan ibadah.

Dalam perjalanannya, si rajin ibadah yang turun dengan niat berbuat durhaka tergelincir. Ia jatuh terguling dan menimpa saudaranya si pendurhaka yang sedang naik dengan niat bertaubat dan ibadah. Saat itu, keduanya meninggal dunia. Berakhirlah hidup si rajin ibadah dalam niat durhaka dan si pendurhaka dalam niat taubat dan ibadah. Dan diriwayatkan bahwa keduanya dikelompokkan sesuai dengan niatnya yang terakhir itu. Si rajin ibadah dimasukkan kelompok pendurhaka. Si pendurhaka dimasukkan kelompok mereka yang bertaubat dan beribadah.

Selengkapnya...

Kamis, 11 Maret 2010

MENGAPA TAK MENGENAL KU ?


Ada seorang laki-laki yang lalai dari membaca solawat atas Rasulullah Muhammad s.a.w. Saat tidur, ia mimpi bertemu dengan Rasulullah s.a.w. Namun, Rasulullah s.a.w. tidak menoleh kepadanya. Ia bertanya, “Wahai Rasulallah ! Apakah anda marah kepadaku ?”

Rasulullah s.a.w. menjawab, “Tidak, Aku tidak marah kepadamu”.

“Mengapa anda tidak menoleh untuk melihatku ?” tanya laki-laki itu

“Aku tidak mengenalmu”, jawab Rasulullah s.a.w.

“Bagaimana engkau tidak mengenalku ? Aku salah seorang di antara umatmu. Para ulama telah meriwayatkan bahwa engkau lebih mengenal umatmu dari pada orang tua pada anaknya”.

“Para ulama itu benar, namun engkau tidak membaca solawat atasku. Pengenalanku kepada umatku sesuai dengan kadar solawatnya atasku”.

Laki-laki itu terbangun. Ia pun mewajibkan pada dirinya sendiri untuk membaca solawat atas nabi s.a.w. 100 kali setiap hari.

Ia kemudian rutin membaca solawat 100 kali sehari. Setelah itu, ia kembali mimpi bertemu Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w., bersabda, “Sekarang aku mengenalmu. Aku akan memberimu syafa’at

Selengkapnya...

Kamis, 04 Maret 2010

KELEMAHAN MALAIKAT

Rasulullah Muhammad s.a.w. berkisah. Saat tiba di langit ketika isra mi’raj, beliau s.a.w. melihat Malaikat yang memiliki seribu tangan. Setiap tangan memiliki seribu jari. Beliau s.a.w. menghitungnya satu demi satu.


Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Malaikat Jibril yang mendampinginya, “Siapa gerangan Malaikat itu ? Apa tugasnya ?

Malaikat Jibril menjawab, “Sesungguhnya dia adalah Malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi.

Rasulullah s.a.w. kemudian bertanya pada Malaikat itu, “Apakah engkau tahu berapa jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak Nabi Adam a.s diciptakan ?”

Malaikat itu menjawab, “Wahai Rasulallah ! Demi Zat Yang telah mengutusmu dengan haqq, sungguh aku tahu jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai Adam diciptakan sampai sekarang. Begitu pula aku tahu jumlah tetesan yang yang turun ke laut, ke darat, ke hutan, ke gunung, ke lembah, ke sungai, ke sawah sampai yang turun ke tempat-tempat yang tidak diketahui manusia”.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah s.a.w. takjub atas kecerdasannya. Namun, Malaikat itu berkata lagi, “Wahai Rasulallah ! Walaupun aku aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari serta diberi kepandaian yang mampu menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi, aku pun memiliki kekurangan dan kelemahan”.

“Apa kekurangan dan kelemahanmu ?” tanya Rasulullah s.aw.

“Wahai Rasulullah ! Kekurangan dan kelemahanku adalah jika umatmu berkumpul di satu tempat dan mereka bersolawat atasmu. Saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyak pahala yang dilimpahkan Allah kepada mereka sebab solawat yang mereka ucapkan atas dirimu itu”.

Marilah kita bersolawat :

Ya Nabi Salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Ya Habib salam ‘alaika
Solawatullah ‘alaika

Selengkapnya...

Selasa, 02 Maret 2010

ILMUKU HILANG

Sejak kecil Imam Al-Gozali q.s. selalu mencatat segala pelajaran yang didapat dari gurunya. Beliau tidak merasa perlu untuk menghapalnya.


Suatu ketika dalam sebuah perjalanan, beliau dirampok. Semua yang ada dirampas kemudian mereka pergi. Beliau ikuti terus gerombolan perampok itu ke mana pun mereka pergi.

Dedengkotnya marah dan berkata, "Pergi kamu sialan ! Kalau tidak kamu akan binasa !"

Al-Gozali q.s. menjawab, "Saya mohon anda untuk mengembalikan catatan pelajaran saya saja, karena benda itu tidak menguntungkan anda".

Dedengkot itu bertanya, "Catatan apa ?"

"Buku di bungkusan itu. Demi untuk mendengar, menulis dan mengetahui ilmu-ilmu yang dikandungnya saya mengembara" jawab Al-Gozali qs.

Dedengkot itu tertawa terbahak-bahak seraya mengejek, "Bagaimana kamu berilmu, buku itu sudah kami rampas, sehingga kamu tidak bisa mengetahuinya lagi !"

Kemudian ia perintahkan anak buahnya untuk mengembalikan buku itu.

Wasilah kejadian itulah, Al-Gozali q.s. kemudian menyediakan waktu khusus selama tiga tahun menghapal pelajarannya, sehingga tidak ada lagi orang yang dapat merampas ilmunya.

Selengkapnya...

Kamis, 25 Februari 2010

DIA YANG ENGKAU CACI MAKI

Seorang Yahudi tua yang buta dan menjadi pengemis setiap hari selalu mencaci-maki Rasulullah Muhammad s.a.w. Caci maki itu seakan sudah menjadi amal wiridnya sehari-hari. Kaum muslimin yang mendengarnya merasa sangat tidak enak.

Salah seorang sahabat melaporkan hal itu kepada Rasulullah s.a.w., “Ya Rasulallah ! Ada seorang pengemis buta yang setiap hari mencaci-maki engkau”.

“Di mana tempatnya ?” Rasulullah bertanya.

“Di pojokan jalan sana ya Rasulallah”.

Sahabat ini mengira Rasulullah s.a.w. akan marah. Ternyata beliau s.a.w. pergi menemui pengemis itu dengan membawa makanan. Begitu beliau s.a.w. melihat pengemis itu ompong, beliau duduk didekatnya melumatkan makanan dan menyuapi pengemis tua yang buta itu dengan penuh kelembutan. Hal itu terus beliau lakukan setiap hari tanpa memberitahukan siapa beliau sebenarnya. Dan pengemis itu pun tetap mencaci-maki Rosulullah s.a.w.

Ketika Rasulullah s.a.w. telah wafat, Asma bin Abu Bakr As-Sidiq r.a. lewat tempat itu dan melihat pengemis itu masih juga mencaci-maki Rasulullah s.a.w. Asma r.a. berkata kepada ayahnya – Abu Bakar As-Sidiq r.a., “Wahai ayahku ! Bukankah engkau tidak pernah meninggalkan sunnah Rasulullah ?”

“Memang benar demikian. Ada apa gerangan engkau bertanya ?” jawab Abu Bakr As-Sidiq r.a.

“Ada satu amal Rasulullah yang sering aku lihat. Beliau selalu menyuapi laki-laki buta yang selalu mencaci-makinya” Asma r.a. berkata.

Mendengar penjelasan putrinya, Abu Bakar As-Sidiq r.a. tergerak. Ia pergi mendatangi pengemis tua itu membawa makanan dan menyuapinya seperti Rasulullah s.a.w.

Saat Abu Bakar Asd-Sidiq r.a. menyuapinya, pengemis tua yang buta itu berkata, “Hei….. engkau bukan orang yang biasa memberiku makan. Orang yang biasa memberiku makan adalah orang yang sangat lembut. Ia selalu melumatkan dulu makanannya, karena ia tahu aku sudah tua dan tidak lagi memiliki gigi”.

Mendengar itu, menangislah Abu Bakar As-Sidiq r.a. dan berkata, “Tahukah anda siapa yang selama ini selalu menyuapi anda ? (Dia telah wafat). Dialah Rasulullah. Dialah orang yang setiap hari engkau caci-maki. Dialah yang memberi engkau makan setiap hari. Dialah yang melumatkan makananmu agar engkau bisa makan dengan baik…………”

Pengemis tua Yahudi itu pun menangis dan kemudian menjadi seorang muslim.

Selengkapnya...

Rabu, 10 Februari 2010

LARI DARI AJAL


Satu ketika pada masa Nabi Sulaiman a.s., Malakal maut datang di pertemuan Nabi Sulaiman a.s. Ia memandang tajam dan lama pada salah seorang yang hadir, kemudian pergi.

Orang itu bertanya kepada Nabi Sulaiman a.s., “Wahai Nabiyalloh, siapakah orang itu ?”
Nabi Sulaiman a.s. menjawab, “Malakal maut”

Ia berkata lagi, “Wahai Nabi Alloh, aku melihat ia lama memandangku. Aku takut ia bermaksud mencabut ruhku. Selamatkanlah aku dari tangannya”

“Bagaimana aku bisa menyelamatkanmu ?” tanya Nabi Sulaiman a.s.

“Perintahkanlah angin membawaku ke India. Semoga ia kehilangan dan tidak dapat menemukanku” pinta orang itu.

Nabi Sulaiman a.s. pun memerintahkan angin untuk membawa orang itu ke pedalaman India. Bertiuplah angin membawanya ke India saat itu juga. Dan wafatlah ia di sana.

Setelah kejadian itu, Malakal maut kembali datang berkunjung ke Nabi Sulaiman a.s. Nabi Sulaiman a.s. bertanya, “Mengapa engkau lama memandangi orang itu ?”

Malakal maut menjawab, “Aku heran. Aku diperintahkan Allah mencabut ruhnya di India, sedang ia tidak di sana. Sampai angin membawanya ke sana sebagaimana yang ditentukan Allah. Maka aku cabut ruhnya di sana”.
Selengkapnya...

Senin, 08 Februari 2010

APA MASALAH MU ?

Seorang pemuda datang menemui penghulu Hasan Mustafa. Ia bertanya, “Tuan penghulu, apakah hukumnya makan kodok ? Halal ataukah haram ?”

Penghulu Hasan Mustafa menjawab, “Apakah di desamu masih ada sawah dan kolam ikan ?”

Pemuda itu menjawab, “Ada”

“Apakah di sawah masih ada belut dan di kolam masih ada ikannya ?” tanya penghulu Hasan Mustafa lebih lanjut.

“Ada”

“Bila begitu, makanlah dahulu belut dan ikan itu. Tak perlu makan kodok”

hmmm... ternyata kadangkala kita hanya mempersulit diri sendiri...kadangkal kita membuat masalah bagi diri sendiri...

Selengkapnya...

Selasa, 02 Februari 2010

DI HADAPAN CINTA


Abdullah Ibnu Mubarak q.s. pernah jatuh cinta pada seorang gadis. Ia tergila-gila betul pada gadis itu. Ia gundah dan gelisah mendambakan kekasihnya.

Suatu malam di musim dingin, ia berdiri di bawah jendela kamar gadis pujaaannya. Ia menunggu semalaman. Ia rela berlama-lama di sana sekedar untuk menatapnya walaupun hanya sejenak. Butiran-butiran salju yang turun membasahi tidak ia hiraukan. Ia termangu, menunggu di sana sepanjang malam. Ia berharap sang gadis akan menampakkan diri walau sejenak.

Cinta pun melewati batas ruang dan waktu mengalahkan dingin malam yang menggigit. Sampai alunan azan berkumandang. Ia menyangka itu azan ‘isya, namun tak lama kemudian matahari menampakkan diri dan sinarnya memancar ke seluruh bumi. Ternyata itu azan subuh.

Saat itu, barulah ia tersadar dan berbisik dalam hatinya, “Wahai putera Mubarak yang tak tahu malu ! Di malam yang begitu dingin engkau terpaku hanya untuk memuaskan hasrat dirimu. Tapi bila seorang imam membaca surat yang panjang, engkau langsung gelisah dan bahkan kesal”

Selengkapnya...

Jumat, 29 Januari 2010

CINTA SEJATI

Ada seorang pria sangat jatuh cinta pada seorang wanita. Ia mengungkapkan cinta itu dengan kata-kata yang indah, puitis dan romatis. Ia melakukannya terus-menerus, sehingga wanita itu tergangu.


Wanita itu pun berkata, “Kata-katamu indah, namun saudariku ikut di belakangku. Ia lebih cantik dariku. Aku yakin engkau akan lebih memilihnya dari aku”

Pria itu pun menengok untuk mencari saudari perempuan itu.

Sang wanita pun menamparnya seraya berkata, “Aku kira cintamu padaku betul-betul utuh dan sejati, namun begitu kusebut ada wanita lain yang lebih cantik, engkau langsung berpaling dariku. Engkau pendusta !”

Bila engkau betul-betul mempunyai cinta sejati, engkau pasti setia dan tidak berpaling sekejap pun. Ingatlah Allah selalu bersamamu. Ia tidak pernah berpisah apalagi pergi darimu. Dia mencintaimu. Apakah engkau mencintai-Nya ?

Selengkapnya...

Kamis, 28 Januari 2010

AGAMA YANG BENAR


Seorang sahabat berdiri di hadapan Rasulullah Muhammad s.a.w., ia bertanya, “Wahai Rosulallah ! Apakah agama itu ?”


Rasulullah s.a.w. menjawab, “Akhlaq yang baik”.

Ia pindah ke sebelah kanan dan bertanya kembali, “Wahai Rosulullah ! Apakah agama itu ?

Rasulullah s.a.w. menjawab, “Akhlaq yang baik”.

Ia pindah ke sebelah kiri dan kembali bertanya, “Wahai Rasulullah ! Apakah agama itu ?

Rasulullah s.a.w. kembali menjawab, “Akhlaq yang baik”.

Sahabat ini berpindah lagi. Dari arah belakang ia bertanya, “Wahai Rasulullah ! Apakah agama itu ?”

Rasulullah s.a.w. menoleh kepadanya dan berkata, “Apakah engkau belum mengerti ? Agama ialah engkau tidak boleh marah”.

Selengkapnya...

Rabu, 27 Januari 2010

SIAPA YANG KAU CINTAI ?


Di suatu pagi yang cerah, sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. berpapasan dengan Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.aw. bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai sahabatku ?”

Umar bin Khottob r.a. menjawab, “Saat ini aku dalam keadaan beriman kepada Allah dan rasul-Nya”.

“Apakah cintamu pada Allah dan Rasul-Nya lebih besar dari cintamu kepada harta, keluarga, bahkan kepada dirimu sendiri ?” tanya Rasulullah s.a.w. lagi

“Tidak Ya Rasulallah, tentu saja aku lebih mencintai harta, keluarga dan diriku sendiri”
“Kalau begitu, engkau belum beriman” lanjut Rasulullah s.a.w.
Di rumah, sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. merenung, “Mengapa Rasulullah berkata demikian ?” Beliau temukan, “Hartaku kucintai dan kujaga, tapi ia satu waktu menolongku dan lain waktu menjerumuskanku”
Sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. pun menemui Rasulullah s.a.w.
“Bagaimana keadaaanmu pagi ini wahai ‘Umar ?” tanya Rasulullah s.a.w.
“Aku beriman pada Allah dan Rasulullah. Cintaku kepada Allah dan Rasulullah lebih dari cintaku pada hartaku” jawab ‘Umar bin Khottob r.a.
“Tapi, mana yang lebih engkau cintai, aku ataukah keluargamu ?” Rasulullah s.a.w. bertanya kembali.
“Cintaku kepada keluargaku lebih besar daripada cintaku padamu, Ya Rasulallah” jawab ‘Umar bin Khottob r.a. dengan jujur.
“Kalau begitu imanmu belum sempurna”
‘Umar bin Khottob r.a. tertegun. Di rumah ia kembali merenung. Ia menemukan, “Rasulullah lebih menyayangiku ketimbang anak, istri dan keluargaku. Mereka kusayangi dan menyayangiku, tapi kadangkala mereka masih menjerumuskanku dalam perbuatan yang syubhat . Sedangkan, Rasulullah tidak pernah sedikit pun menjerumuskanku. Beliau menyayangiku dengan tulus”.
Keesokan harinya, ‘Umar bin Khottob r.a. kembali bertemu Rasulullah s.a.w. Beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai “Umar ?”
“Ya Rasulullah, aku lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada keluargaku sendiri”
“Tapi, apakah cintamu kepada diriku lebih besar dari pada cintamu kepada dirimu sendiri ?”
“Tidak ya Rasulallah. Aku lebih mencintai diriku sendiri dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya”
Rasulullah s.a.w. pun kembali berkata, “Bila begitu imanmu belum sempurna”.
Umar bin Khottob r.a. kembali pulang. Ia kembali merenung, “Rasulullah mengatakan imanku belum sempurna bila cintaku pada diriku sendiri lebih besar dari pada cintaku pada Allah dan Rasul-Nya. Celaka ! Aku tidak ingin mati seperti ini. Bila dipikir-pikir, kadangkala dorongan diri untuk berbuat maksiat sangat besar, seperti mengakhirkan shalat atau lebih memilih tidur dari pada berzikir kepada Allah. Sementara, Rasulullah tidak sekali pun mengajak kepada maksiat. Beliau selalu mengajak kepada kebaikan dunia dan akhirat”
Akhirnya, ‘Umar bin Khottob r.a. mendatangi Rasulullah s.a.w sambil berseru, “Ya Rasulallah, sekarang, Ya Rasulallah, sekarang aku lebih mencintai Allah dan Rasulullah dari pada hartaku, keluargaku dan diriku sendiri”
Rasulullah s.a.w. paham apa yang ada dalam diri ‘Umar bin Khottob r.a. Beliau s.a.w. pun berkata, “Sekarang wahai ‘Umar, sekarang juga wahai sahabatku, engkau adalah mukmin sejati”
Keduanya pun berangkulan dan ‘Umar bin Khottob r.a. menangis di pelukan Rasulullah s.a.w.

Selengkapnya...

BELENGGU TAK KENTARA


Seorang salik yang menempuh jalan menuju cinta Allah mengeluh pada seorang guru sufi. Ia bertanya, “Mengapa saya tidak juga memperoleh cinta dan ma’rifat kepada Allah ?”

Guru Sufi itu menjawab, “Potonglah janggutmu !”

Walaupun heran, orang itu mengikuti nasehat sufi itu. Ia potong janggutnya. Tak lama kemudian, ia pun memperoleh cinta dan ma’rifat kepada Allah.

Ia pun sadar dan mengerti. Selama ini ia tidak memperoleh cinta dan ma’rifat kepada Allah, karena hatinya telah dipenuhi cinta pada janggutnya.

Selengkapnya...