Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

KISAH INSPIRATIF

Kisah adalah cara paling mudah dan ringan untuk menyampaikan sesuatu. Orang dapat menemukan dan memahami konsep dalam sebuah contoh kenyataan melalui kisah.
Bila menurut anda blog ini bermanfaat, sebarkanlah kepada keluarga dan teman-teman anda serta jadilah bagian dari penyuka halaman KISAH INSPIRATIF - HIKAYAT INDAH di facebook.

Selasa, 25 Mei 2010

MEREKA BERSALAH


Seorang laki-laki terengah-engah datang menemui khalifah ‘Umar bin Khottob r.a. Mukanya merah dan suaranya menggeletar. Ia bercerita, ‘Wahai Amiral Mukminin ! Dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat pemuda fulan dan pemudi fulanah sedang berpelukan dengan mesra di balik pohon kurma”.

Laki-laki itu berharap ‘Umar bin Khottob r.a. akan memanggil kedua anak muda itu dan memberikan hukuman kepada mereka.

Namun, ternyata tidak. Umar bin Khottob r.a. malah mencengkeram leher laki-laki itu dan memukulnya dengan gagang pedang. Umar bin Khottob r.a. berkata dengan keras, “Kenapa engkau tidak menutupi keburukan mereka dan berusaha agar mereka bertaubat ? Tidakkah engkau ingat sabda Rasulullah s.a.w., “Siapa yang menutupi keburukan saudaranya, maka Allah pasti akan menutupi keburukannya di hari qiyamat” ?”

Selengkapnya...

Rabu, 12 Mei 2010

SUARA DARI KUBUR


Sekelompok tabi'in (murid para sohabat r.a.) berkunjung ke rumah Syaikh Abu Sinan. Syaikh Abu Sinan berkata, "Mari kita melayat ke rumah tetanggaku yang saudaranya baru saja meninggal dunia"

Salah seorang di antara mereka, yaitu Syaikh Muhamma bin Yusuf Al-Guryani berkata, "Maka akami pergi ke rumah duka. di sana,kami mendapati banyak orang menangis dan meratapi kepergian si mayit. Maka kami mengucapkan kalimat bela sungkawa kepada kawan kami yang sedang kesusahan itu, tetapi ia tidak peduli dengan ucapan kami.

Kami berkata, "Apakah engkau tidak tahu bahwa kematian adalah sesuatu yang tak dapat dihindari ?"

Kawan kami itu menjawab, "Aku tidak mengingkari kematian, tetap yang aku pikirkan bagaimana nasib saudaraku yang mati ini. Apakah ia akan terlepas dari siksa ataukah tidak ?"

Kami bertanya, "Apakah kamu telah diperlihatkan sesuatu yang gaib ?"

Ia menjawab, "Tidak, tetapi setelah aku menguburkan jenazahnya dan semua orang telah pergi, aku duduk sendiri di sisi kuburnya. Tiba-tiba aku mendengar suara rintihan saudaraku dari dalam kuburnya, "Mengapa mereka membiarkan kau tersiksa sendirian di dalam kuburku, padahal dulunya aku selalu shalat dan berpuasa ?" Maka aku menangis dan membongkar kuburnya. Aku terkejut, karena kulihat ada api di dalam kuburnya dan pada lehernya terdapat seuntai kalung dari api. Karena aku merasa kasihan, kuulurkan tanganku kepada saudaraku, sampai-sampai jari-jemari dan tanganku ikut terbakar. Ketika ia mengulurkan tangannya, kulihat tangannya menjadi hitam karena terbakar. Maka aku segera mengembalikan tanah kuburnya dan segera pulang. bagaimana aku tidak susah ketika aku tahu saudaraku sedang tersiksa ?"

Kami bertanya lagi kepadanya, "Apa yang biasa ia lakukan ?"

Kawan kami menjawab, "Ia tidak pernah membayar zakat dari hartanya"

Maka kami pun mengatakan, "Jika demikian, kejadian itu adalah seperti halnya firman Allah : sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilakn itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Ali 'Imron : 180)"

Selengkapnya...

Senin, 10 Mei 2010

BAHASA HATI


Suatu ketika, ada orang yang sangat kurang pendidikannya. Ia merasa menjalani hidup penuh dengan kesukaran dan kesengsaraan. Ia mencari petunjuk ke sana ke mari. Akhirnya ia menemui seorang ulama. Ia bertanya tentang bagaimana cara yang bisa ia tempuh agar bisa hidup lebih baik.

Ulama itu berpikir cukup panjang mencari jalan yang bisa dinasehatkan pada orang itu. Apa cara yang mudah ia pahami dan jalankan dengan keterbatasan pendidikannya. Akhirnya ulama itu nasehatkan, “Bacalah fatihah seribu kali setiap hari”. Beliau pikir Al-fatihah besar serta banyak faedahnya dan sebodoh-bodohnya seorang muslim, pasti ia tahu dan bisa membaca surat Al-fatihah.

Setelah mendapat nasehat itu, pulanglah orang itu dengan penuh tekad dan keyakinan. Ia akan berusaha melaksanakan nasehat itu.

Selang beberapa lama berlalu, ia datang kembali mengunjungi ulama yang menasehatinya. Kunjungannya kali ini berbeda. Ia datang untuk berterima kasih. Hidupnya sudah berubah. Secara ekonomi ia sudah sejahtera. Pada kedatangan kali ini, ia sudah mengendarai mobilnya sendiri. Ia pun datang membawa banyak oleh-oleh.

Ulama yang dikunjungi sudah lupa apa nasehatnya. Ia pun bertanya, “Apa yang saya sampaikan waktu itu sehingga hidup anda berhasil berubah ?”

Orang itu menjawab, “Anda menasehati saya untuk membaca fatihah seribu kali sehari”
Ulama itu penasaran. Ia bertanya lebih lanjut, “Bagaimana cara anda melaksanakannya ?”

Orang itu menjawab, “Ya, saya baca fatihah, fatihah, fatihah sampai seribu kali setiap hari”.

Kaget dan tercenganglah ulama itu. Ternyata saking terbatasnya pendidikan orang itu, ia tidak tahu bahwa yang dimaksud adalah membaca surat Al-fatihah secara lengkap seribu kali. Ia malahan memahaminya sebagai mengulang-ulang kata fatihah seribu kali. Namun, ternyata hidupnya kemudian berubah. Allah mengabulkan permohonannya.

Ternyata, komunikasi dengan Allah adalah komunikasi bahasa hati, bukan bahasa lisan. Allah memperhatikan maksud yang terkandung di dalam hatinya, bukan sekedar ungkapan lisannya.

Selengkapnya...

Kamis, 06 Mei 2010

TAWAKKAL SEMUT


Pada suatu hari, Nabi Sulaiman a.s. bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut ! Berapa banyak engkau memperoleh rizki dari Allah dalam jangka satu tahun ?’

Semut menjawab, “Sebesar biji gandum”.

Jawaban itu mengejutkan Nabi Sulaiman a.s. Beliau a.s. kemudian memberikan sebiji gandum pada semut itu dan memiliharanya dalam sebuah botol.

Setelah jangka waktu satu tahun berlalu, Nabi Sulaiman a.s. membuka botol tersebut untuk melihat nasib sang semut. Beliau a.s. menemukan semut itu hanya memakan sebagian biji gandum yang diberikannya.

Nabi Sulaiman a.s. bertanya, “Mengapa kamu hanya memakan sebagian, tidak menghabiskannya ?”

Semut menjawab, “Selama ini aku bertawakkal kepada Allah. Aku yakin Allah tidak akan melupakanku. Tapi, ketika aku berusaha pasrah bergantung kepadamu, aku tidak yakin apakah kamu masih ingat kepadaku setahun ke depan dan memberiku sebiji gandum lagi. Karena itulah, aku hanya memakan sebagiannya saja, sebagai persiapan bekal untuk tahun berikutnya”.

Selengkapnya...