Seorang Yahudi tua yang buta dan menjadi pengemis setiap hari selalu mencaci-maki Rasulullah Muhammad s.a.w. Caci maki itu seakan sudah menjadi amal wiridnya sehari-hari. Kaum muslimin yang mendengarnya merasa sangat tidak enak.
Salah seorang sahabat melaporkan hal itu kepada Rasulullah s.a.w., “Ya Rasulallah ! Ada seorang pengemis buta yang setiap hari mencaci-maki engkau”.
“Di mana tempatnya ?” Rasulullah bertanya.
“Di pojokan jalan sana ya Rasulallah”.
Sahabat ini mengira Rasulullah s.a.w. akan marah. Ternyata beliau s.a.w. pergi menemui pengemis itu dengan membawa makanan. Begitu beliau s.a.w. melihat pengemis itu ompong, beliau duduk didekatnya melumatkan makanan dan menyuapi pengemis tua yang buta itu dengan penuh kelembutan. Hal itu terus beliau lakukan setiap hari tanpa memberitahukan siapa beliau sebenarnya. Dan pengemis itu pun tetap mencaci-maki Rosulullah s.a.w.
Ketika Rasulullah s.a.w. telah wafat, Asma bin Abu Bakr As-Sidiq r.a. lewat tempat itu dan melihat pengemis itu masih juga mencaci-maki Rasulullah s.a.w. Asma r.a. berkata kepada ayahnya – Abu Bakar As-Sidiq r.a., “Wahai ayahku ! Bukankah engkau tidak pernah meninggalkan sunnah Rasulullah ?”
“Memang benar demikian. Ada apa gerangan engkau bertanya ?” jawab Abu Bakr As-Sidiq r.a.
“Ada satu amal Rasulullah yang sering aku lihat. Beliau selalu menyuapi laki-laki buta yang selalu mencaci-makinya” Asma r.a. berkata.
Mendengar penjelasan putrinya, Abu Bakar As-Sidiq r.a. tergerak. Ia pergi mendatangi pengemis tua itu membawa makanan dan menyuapinya seperti Rasulullah s.a.w.
Saat Abu Bakar Asd-Sidiq r.a. menyuapinya, pengemis tua yang buta itu berkata, “Hei….. engkau bukan orang yang biasa memberiku makan. Orang yang biasa memberiku makan adalah orang yang sangat lembut. Ia selalu melumatkan dulu makanannya, karena ia tahu aku sudah tua dan tidak lagi memiliki gigi”.
Mendengar itu, menangislah Abu Bakar As-Sidiq r.a. dan berkata, “Tahukah anda siapa yang selama ini selalu menyuapi anda ? (Dia telah wafat). Dialah Rasulullah. Dialah orang yang setiap hari engkau caci-maki. Dialah yang memberi engkau makan setiap hari. Dialah yang melumatkan makananmu agar engkau bisa makan dengan baik…………”
Pengemis tua Yahudi itu pun menangis dan kemudian menjadi seorang muslim.
Selengkapnya...
Salah seorang sahabat melaporkan hal itu kepada Rasulullah s.a.w., “Ya Rasulallah ! Ada seorang pengemis buta yang setiap hari mencaci-maki engkau”.
“Di mana tempatnya ?” Rasulullah bertanya.
“Di pojokan jalan sana ya Rasulallah”.
Sahabat ini mengira Rasulullah s.a.w. akan marah. Ternyata beliau s.a.w. pergi menemui pengemis itu dengan membawa makanan. Begitu beliau s.a.w. melihat pengemis itu ompong, beliau duduk didekatnya melumatkan makanan dan menyuapi pengemis tua yang buta itu dengan penuh kelembutan. Hal itu terus beliau lakukan setiap hari tanpa memberitahukan siapa beliau sebenarnya. Dan pengemis itu pun tetap mencaci-maki Rosulullah s.a.w.
Ketika Rasulullah s.a.w. telah wafat, Asma bin Abu Bakr As-Sidiq r.a. lewat tempat itu dan melihat pengemis itu masih juga mencaci-maki Rasulullah s.a.w. Asma r.a. berkata kepada ayahnya – Abu Bakar As-Sidiq r.a., “Wahai ayahku ! Bukankah engkau tidak pernah meninggalkan sunnah Rasulullah ?”
“Memang benar demikian. Ada apa gerangan engkau bertanya ?” jawab Abu Bakr As-Sidiq r.a.
“Ada satu amal Rasulullah yang sering aku lihat. Beliau selalu menyuapi laki-laki buta yang selalu mencaci-makinya” Asma r.a. berkata.
Mendengar penjelasan putrinya, Abu Bakar As-Sidiq r.a. tergerak. Ia pergi mendatangi pengemis tua itu membawa makanan dan menyuapinya seperti Rasulullah s.a.w.
Saat Abu Bakar Asd-Sidiq r.a. menyuapinya, pengemis tua yang buta itu berkata, “Hei….. engkau bukan orang yang biasa memberiku makan. Orang yang biasa memberiku makan adalah orang yang sangat lembut. Ia selalu melumatkan dulu makanannya, karena ia tahu aku sudah tua dan tidak lagi memiliki gigi”.
Mendengar itu, menangislah Abu Bakar As-Sidiq r.a. dan berkata, “Tahukah anda siapa yang selama ini selalu menyuapi anda ? (Dia telah wafat). Dialah Rasulullah. Dialah orang yang setiap hari engkau caci-maki. Dialah yang memberi engkau makan setiap hari. Dialah yang melumatkan makananmu agar engkau bisa makan dengan baik…………”
Pengemis tua Yahudi itu pun menangis dan kemudian menjadi seorang muslim.