Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

KISAH INSPIRATIF

Kisah adalah cara paling mudah dan ringan untuk menyampaikan sesuatu. Orang dapat menemukan dan memahami konsep dalam sebuah contoh kenyataan melalui kisah.
Bila menurut anda blog ini bermanfaat, sebarkanlah kepada keluarga dan teman-teman anda serta jadilah bagian dari penyuka halaman KISAH INSPIRATIF - HIKAYAT INDAH di facebook.

Rabu, 27 Januari 2010

SIAPA YANG KAU CINTAI ?


Di suatu pagi yang cerah, sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. berpapasan dengan Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.aw. bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai sahabatku ?”

Umar bin Khottob r.a. menjawab, “Saat ini aku dalam keadaan beriman kepada Allah dan rasul-Nya”.

“Apakah cintamu pada Allah dan Rasul-Nya lebih besar dari cintamu kepada harta, keluarga, bahkan kepada dirimu sendiri ?” tanya Rasulullah s.a.w. lagi

“Tidak Ya Rasulallah, tentu saja aku lebih mencintai harta, keluarga dan diriku sendiri”
“Kalau begitu, engkau belum beriman” lanjut Rasulullah s.a.w.
Di rumah, sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. merenung, “Mengapa Rasulullah berkata demikian ?” Beliau temukan, “Hartaku kucintai dan kujaga, tapi ia satu waktu menolongku dan lain waktu menjerumuskanku”
Sahabat ‘Umar bin Khottob r.a. pun menemui Rasulullah s.a.w.
“Bagaimana keadaaanmu pagi ini wahai ‘Umar ?” tanya Rasulullah s.a.w.
“Aku beriman pada Allah dan Rasulullah. Cintaku kepada Allah dan Rasulullah lebih dari cintaku pada hartaku” jawab ‘Umar bin Khottob r.a.
“Tapi, mana yang lebih engkau cintai, aku ataukah keluargamu ?” Rasulullah s.a.w. bertanya kembali.
“Cintaku kepada keluargaku lebih besar daripada cintaku padamu, Ya Rasulallah” jawab ‘Umar bin Khottob r.a. dengan jujur.
“Kalau begitu imanmu belum sempurna”
‘Umar bin Khottob r.a. tertegun. Di rumah ia kembali merenung. Ia menemukan, “Rasulullah lebih menyayangiku ketimbang anak, istri dan keluargaku. Mereka kusayangi dan menyayangiku, tapi kadangkala mereka masih menjerumuskanku dalam perbuatan yang syubhat . Sedangkan, Rasulullah tidak pernah sedikit pun menjerumuskanku. Beliau menyayangiku dengan tulus”.
Keesokan harinya, ‘Umar bin Khottob r.a. kembali bertemu Rasulullah s.a.w. Beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai “Umar ?”
“Ya Rasulullah, aku lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada keluargaku sendiri”
“Tapi, apakah cintamu kepada diriku lebih besar dari pada cintamu kepada dirimu sendiri ?”
“Tidak ya Rasulallah. Aku lebih mencintai diriku sendiri dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya”
Rasulullah s.a.w. pun kembali berkata, “Bila begitu imanmu belum sempurna”.
Umar bin Khottob r.a. kembali pulang. Ia kembali merenung, “Rasulullah mengatakan imanku belum sempurna bila cintaku pada diriku sendiri lebih besar dari pada cintaku pada Allah dan Rasul-Nya. Celaka ! Aku tidak ingin mati seperti ini. Bila dipikir-pikir, kadangkala dorongan diri untuk berbuat maksiat sangat besar, seperti mengakhirkan shalat atau lebih memilih tidur dari pada berzikir kepada Allah. Sementara, Rasulullah tidak sekali pun mengajak kepada maksiat. Beliau selalu mengajak kepada kebaikan dunia dan akhirat”
Akhirnya, ‘Umar bin Khottob r.a. mendatangi Rasulullah s.a.w sambil berseru, “Ya Rasulallah, sekarang, Ya Rasulallah, sekarang aku lebih mencintai Allah dan Rasulullah dari pada hartaku, keluargaku dan diriku sendiri”
Rasulullah s.a.w. paham apa yang ada dalam diri ‘Umar bin Khottob r.a. Beliau s.a.w. pun berkata, “Sekarang wahai ‘Umar, sekarang juga wahai sahabatku, engkau adalah mukmin sejati”
Keduanya pun berangkulan dan ‘Umar bin Khottob r.a. menangis di pelukan Rasulullah s.a.w.

Tidak ada komentar: