Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

KISAH INSPIRATIF

Kisah adalah cara paling mudah dan ringan untuk menyampaikan sesuatu. Orang dapat menemukan dan memahami konsep dalam sebuah contoh kenyataan melalui kisah.
Bila menurut anda blog ini bermanfaat, sebarkanlah kepada keluarga dan teman-teman anda serta jadilah bagian dari penyuka halaman KISAH INSPIRATIF - HIKAYAT INDAH di facebook.

Rabu, 31 Maret 2010

SIAPA BERSAMAMU ?


Syaikh Al-Junaid q.s. (menurut riwayat lain kisah ini berkaitan dengan Syaikh 'Abdul Qodir al-jailani q.s.) memiliki seorang murid yang masih muda dan sangat ia cintai. Murid-murid yang lain tergoda rasa iri melihat kecintaan guru mereka pada temannya.

Suatu hari, syaikh Al-Junaid q.s. menyuruh murid-muridnya membeli seekor ayam dan menyembelihnya di tempat yang tidak dilihat siapa pun. Apa pun yang terjadi, mereka harus kembali paling lambat saat matahari terbenam.

Satu-persatu murid-murid itu kembali dengan membawa ayam sembelihannya. Terakhir, datanglah murid yang masih muda itu dengan membawa ayam yang masih hidup.

Murid-murid yang lain mentertawakannya seraya saling berbisik, ”Betapa akhirnya murid itu tampak kebodohan dan kelemahannya. Ia jelas tidak mampu melaksanakan perintah gurunya”.

Syaikh Al-Junaid q.s. memeriksa murid-muridnya. Ia bertanya tentang apa yang mereka masing-masing lakukan untuk melaksanakan perintahnya.

Murid pertama menjelaskan bahwa ia membawa ayam ke rumahnya, mengunci pintu dan menyembelihnya.

Murid kedua mengatakan bahwa ia membawa ayam ke rumahnya, mengunci pintu, menutup tirai dan masuk ke dalam lemari tertutup baru menyembelihnya.

Murid lain mengatakan bahwa ia pun melakukan hal yang sama, hanya ia menutup matanya dengan kain, sehingga ia sendiri pun tidak melihat penyembelihannya.

Murid yang lain lagi membawa ayam ke tempat gelap, terpencil di dalam hutan baru menyembelihnya..

Murid yang lain pergi ke sebuah gua yang gelap gulita.

Akhirnya sampailah pada murid muda itu. Ia menundukkan kepala. Ayamnya masih berkotek dalam pelukannya. Dengan lirih ia berkata, “Aku telah membawa ayam ini ke rumah, namun Allah berada di segala isi rumah. Aku pergi ke tempat paling terpencil di hutan, namun Allah tetap ikut bersamaku. Bahkan, di gua paling gelap pun, Allah ada di sana. Tidak ada satu tempat pun yang Allah tidak melihatku”.

Tahulah murid yang lain, mengapa syaikh Al-Junaid q.s. mencintai murid muda itu.

Selengkapnya...

Minggu, 28 Maret 2010

MEREKA TELAH TERTIDUR


Ada seorang laki-laki yang terpikat hatinya oleh seorang wanita. Saat wanita itu pergi untuk memenuhi kebutuhannya, ia pergi menyertainya.

Ketika tiba di daerah sepi dan rombongan telah tertidur, datanglah laki-laki itu menemui si wanita. Ia menyampaikan hasrat dirinya. Wanita itu berkata, “Lihatlah ! Apakah semua orang telah tertidur ?”

Bergembiralah laki-laki itu. Ia menyangka wanita itu akan memenuhi hasratnya. Ia pun pergi berkeliling. Ia perhatikan semuanya. Ternyata semua orang memang telah tertidur.

Kembalilah ia menemui wanita itu. Ia berkata padanya, “Benar, semua orang telah tertidur”

Wanita itu bertanya, “Apa pendapatmu tentang Allah Ta’ala ? Apakah Dia pun tertidur saat ini ?”

Laki-laki itu menjawab, “Sungguh Allah tidak tidur. Dia tak terkena kantuk dan tidur”.

“Sungguh Zat yang tidak terkena kantuk dan tidur selalu melihat kita, walaupun seluruh manusia tidak melihat kita. Zat itu lebih patut kita takuti”, wanita itu mengingatkan.

Pergilah laki-laki itu meninggalkan sang wanita, karena takut kepada Allah. Ia pun bertaubat lalu kembali ke desanya.

Saat ia telah wafat, orang-orang bermimpi bertemu dengannya. Ditanyakan padanya, “Apa yang Allah lakukan padamu ?”

Ia menjawab, “Allah mengampuniku sebab takutku (pada-Nya) dan aku meninggalkan dosa (waktu) itu”.


Selengkapnya...

Rabu, 24 Maret 2010

SIAPA YANG MENGENAL ALLAH


Malaikat Jibril merasa penasaran. Ia ingin tahu siapa hamba yang termulia di dunia. Ia pun berkeliling mencari.

Akhirnya ia menemukan seorang laki-laki di dalam gua yang dikenal sebagai ahli ibadah yang terbaik. Laki-laki ini dikenal hanya tidur satu atau dua jam semalam. Ia menghabiskan seluruh sisa waktunya dengan sembahyang dan tafakkur . Ia hanya menikmati satu hidangan kecil dalam sehari dari makanan yang ditinggalkan penduduk desa untuknya. Jibril sangat terpesona oleh pria itu. Ia merasa yakin bahwa akhirnya menemukan hamba termulia di dunia.

Saat meninggalkan gua, Jibril melihat seorang laki-laki sedang berusaha mendirikan pagar. Ia sangat mabuk, sehingga tidak dapat menancapkan tiang pagar pada lubang yang sudah digalinya. Ia bergumam, “Ya Allah, bantulah ! Ya Allah, aku tidak dapat melakukan apa pun tanpa pertolongan-Mu. Bantulah aku menancapkan tiang pagar ini“.
Jibril terkejut dan tersinggung melihat pria ini menyebut nama Allah dalam keadaan mabuk.

Ketika pemabuk itu menoleh dan melihat Jibril, ia berkata, “Jangan ! Engkau jangan coba membantuku ! Aku tidak ingin bantuanmu. Aku ingin Allah yang membantuku”.
Kaget terhadap perbedaan si pemabuk dan si ahli ibadah yang sangat disiplin, Jibril pun kembali. Saat ia menceritakan perjalanan kepada Allah, Allah bertanya, “Apakah kamu melihat temanku dengan tiang pagar ?”

Jibril terkejut. Ia menjawab bahwa ia bertemu dengannya, namun ia kagum pada ahli ibadah yang hidup dalam gua.

Allah bertanya, “Ahli ibadah yang mana ? Aku tidak mengenalnya”.

Jibril semakin terkejut.

Allah memerintahkan Jibril untuk menguji kedua orang tersebut, ‘Katakan pada mereka masing-masing bahwa Aku akan menemui mereka segera setelah Aku selesai memasukkan seratus ekor gajah melalui lubang jarum. Kau akan paham kemudian”.

Mula-mula Jibril mendatangi sang ahli ibadah dan menyampaikan firman Allah SWT. Sang ahli ibadah menjatuhkan tasbihnya dengan marah serta berseru, “Itu berarti Allah tidak akan pernah datang. Tidaklah mungkin bahkan untuk memasukkan seekor gajah ke lubang jarum (apalagi seratus). Jika Allah tidak akan datang, maka aku akan berhenti dari jalan hidup yang bodoh ini serta pergi ke kota dan bersenang-senang”.

Dengan sangat kecewa, Jibril kemudian pergi menemui si pemabuk yang masih berjuang dengan tiang pagarnya. Lelaki itu berkata, “Sudah kukatakan padamu, aku tidak membutuhkan bantuanmu. Pergilah !”

Jibril pun memperkenalkan diri sebagai malaikat dan menyampaikan pesan Allah. Laki-laki itu berseru, “Allah akan datang kapan pun sekarang ini. Allah sama sekali tidak membutuhkan waktu sedikit pun untuk memasukkan seratus ekor gajah melalui lubang jarum”.

Ia kemudian menjatuhkan tiang pagarnya dan menggandeng Jibril. Ia pun berputar dan menari dalam irama ekstase spiritual. Saat Jibril berputar bersama pria itu, ia merasakan kehadiran Allah ikut menari bersama mereka.

Selengkapnya...

Selasa, 23 Maret 2010

SIDQUN NIYAH (NIAT YANG BENAR)


Di hari kiamat, semua hamba mendapatkan kitab catatan amalnya. Di antara penerima catatan amal tersebut, ada seornag hamba yang meneriman catatan amal dari sebelah saat ia membuka catatannya ia menemukan hajji, jihad, sodaqoh - amal-amal - yang tidak dilakukannya.

Ia melakukan klarifikasi kepada Allah, "Wahai Tuhanku ini bukan kitab catatan amalku, karena sungguh aku tidak pernah melakukan sesuatu yang tercantum di dalamnya"

Allah Ta'ala menjawab, "Ini kitab catatan amalmu, karena sungguh engkau telah hidup dalam umur yang panjang dan engka telah berkata, "Kalaulah aku memiliki harta, aku akan berhaji dari harta itu, kalaulah aku memiliki harta, aku akan bersodaqoh dari harta itu" Aku (Allah) mengetahui sidiqnya (benarnya) niatmu dan Aku memberimu pahala semua perbuatan itu".

Selengkapnya...

Jumat, 19 Maret 2010

KEYAKINAN YANG KUAT

Suatu hari, syaikh Hasan Al-Basri q.s. duduk di tepi sungai Tigris di Bagdad. Beliau menunggu perahu untuk menyeberang.

Saat itu, Habib Al-Ajami q.s. datang dan berkata, “Ya syaikh, apakah yang engkau tunggu ?”

Syaikh Hasan Al-Basri q.s. menjawab, “Aku menunggu perahu untuk menyeberang”.

“Engkau adalah seorang imam dan engkau duduk menunggu perahu di sini untuk menyeberang (?) Mari ke sini, ucapkanlah bismillah dan menyeberanglah !”, kata Habib Al-‘Ajami q.s..

Habib Al-‘Ajami q.s. kemudian mengucapkan bismillahirrohmanirrohim. Kemudian ia berjalan di atas air menyeberangi sungai Tigris.

Syaikh Hasan Al-Basri q.s. pun menangis, “Orang ini orang yang asing dan buta huruf. Ia menyeberangi sungai dengan keyakinannya dan aku masih duduk di sini”.

Selengkapnya...

Senin, 15 Maret 2010

AKU BELUM AKAN MATI

Ada dua orang bersaudara yang perilakunya sangat bertolak belakang. Yang seorang rajin ibadah dan tinggal di atas gunung. Yang seorang lagi pendurhaka pengikut hawa nafsu dan tinggal di kota di kaki gunung.

Orang yang rajin ibadah memiliki keinginan untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan dengan Iblis. Sampai satu hari keinginan itu tercapai - Iblis menampakkan diri kepadanya.

Dalam pertemuan itu, Iblis berkata kepadanya, "Engkau sungguh bodoh, engkau menghabiskan waktu 40 tahun untuk mengendalikan nafsumu dan melelahkan badanmu, padahal sungguh masih tersisa umurmu 40 tahun lagi. Maka ikutilah hasrat nafsumu".

Mendengar hal itu, si rajin ibadah berkata dalam hatinya, "Aku ingin turun menemui saudaraku dan mengikutinya makan, minum dan menikmati berbagai kelezatan selama 20 tahun, setelah itu aku bertaubat dan beribadah kepada Allah selama 20 tahun yang tersisa dari umurku".

Si rajin ibadah pun pergi meninggalkan tempat tinggal dengan niat yang terbetik di hatinya itu.

Pada saat yang sama, saudaranya yang pendurhaka tersadar dari mabuknya dan menemukan dirinya dalam kondisinya yang sangat hina. Ia tersungkur di tanah dalam kegelapan dan bajunya basah oleh air seninya sendiri. Saat itu dalam hatinya ia berkata, "Aku telah menghabiskan umurku dalam kedurhakaan, sedangkan saudaraku menikmati lezatnya taat dan munajat kepada Allah sehingga ia kan masuk surga dan aku masuk neraka".

Si pendurhaka pun meneguhkan tekad untuk bertaubat dan berniat untuk berbuat baik dan beribadah. untuk mewujudkan niatnya, ia naik ke atas gunung menemui saudaranya yang rajin ibadah.

Saat itu, si rajin ibadah turun dengan niat berbuat durhaka dan si pendurhaka naik dengan niat bertaubat dan ibadah.

Dalam perjalanannya, si rajin ibadah yang turun dengan niat berbuat durhaka tergelincir. Ia jatuh terguling dan menimpa saudaranya si pendurhaka yang sedang naik dengan niat bertaubat dan ibadah. Saat itu, keduanya meninggal dunia. Berakhirlah hidup si rajin ibadah dalam niat durhaka dan si pendurhaka dalam niat taubat dan ibadah. Dan diriwayatkan bahwa keduanya dikelompokkan sesuai dengan niatnya yang terakhir itu. Si rajin ibadah dimasukkan kelompok pendurhaka. Si pendurhaka dimasukkan kelompok mereka yang bertaubat dan beribadah.

Selengkapnya...

Kamis, 11 Maret 2010

MENGAPA TAK MENGENAL KU ?


Ada seorang laki-laki yang lalai dari membaca solawat atas Rasulullah Muhammad s.a.w. Saat tidur, ia mimpi bertemu dengan Rasulullah s.a.w. Namun, Rasulullah s.a.w. tidak menoleh kepadanya. Ia bertanya, “Wahai Rasulallah ! Apakah anda marah kepadaku ?”

Rasulullah s.a.w. menjawab, “Tidak, Aku tidak marah kepadamu”.

“Mengapa anda tidak menoleh untuk melihatku ?” tanya laki-laki itu

“Aku tidak mengenalmu”, jawab Rasulullah s.a.w.

“Bagaimana engkau tidak mengenalku ? Aku salah seorang di antara umatmu. Para ulama telah meriwayatkan bahwa engkau lebih mengenal umatmu dari pada orang tua pada anaknya”.

“Para ulama itu benar, namun engkau tidak membaca solawat atasku. Pengenalanku kepada umatku sesuai dengan kadar solawatnya atasku”.

Laki-laki itu terbangun. Ia pun mewajibkan pada dirinya sendiri untuk membaca solawat atas nabi s.a.w. 100 kali setiap hari.

Ia kemudian rutin membaca solawat 100 kali sehari. Setelah itu, ia kembali mimpi bertemu Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w., bersabda, “Sekarang aku mengenalmu. Aku akan memberimu syafa’at

Selengkapnya...

Kamis, 04 Maret 2010

KELEMAHAN MALAIKAT

Rasulullah Muhammad s.a.w. berkisah. Saat tiba di langit ketika isra mi’raj, beliau s.a.w. melihat Malaikat yang memiliki seribu tangan. Setiap tangan memiliki seribu jari. Beliau s.a.w. menghitungnya satu demi satu.


Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Malaikat Jibril yang mendampinginya, “Siapa gerangan Malaikat itu ? Apa tugasnya ?

Malaikat Jibril menjawab, “Sesungguhnya dia adalah Malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi.

Rasulullah s.a.w. kemudian bertanya pada Malaikat itu, “Apakah engkau tahu berapa jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak Nabi Adam a.s diciptakan ?”

Malaikat itu menjawab, “Wahai Rasulallah ! Demi Zat Yang telah mengutusmu dengan haqq, sungguh aku tahu jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai Adam diciptakan sampai sekarang. Begitu pula aku tahu jumlah tetesan yang yang turun ke laut, ke darat, ke hutan, ke gunung, ke lembah, ke sungai, ke sawah sampai yang turun ke tempat-tempat yang tidak diketahui manusia”.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah s.a.w. takjub atas kecerdasannya. Namun, Malaikat itu berkata lagi, “Wahai Rasulallah ! Walaupun aku aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari serta diberi kepandaian yang mampu menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi, aku pun memiliki kekurangan dan kelemahan”.

“Apa kekurangan dan kelemahanmu ?” tanya Rasulullah s.aw.

“Wahai Rasulullah ! Kekurangan dan kelemahanku adalah jika umatmu berkumpul di satu tempat dan mereka bersolawat atasmu. Saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyak pahala yang dilimpahkan Allah kepada mereka sebab solawat yang mereka ucapkan atas dirimu itu”.

Marilah kita bersolawat :

Ya Nabi Salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Ya Habib salam ‘alaika
Solawatullah ‘alaika

Selengkapnya...

Selasa, 02 Maret 2010

ILMUKU HILANG

Sejak kecil Imam Al-Gozali q.s. selalu mencatat segala pelajaran yang didapat dari gurunya. Beliau tidak merasa perlu untuk menghapalnya.


Suatu ketika dalam sebuah perjalanan, beliau dirampok. Semua yang ada dirampas kemudian mereka pergi. Beliau ikuti terus gerombolan perampok itu ke mana pun mereka pergi.

Dedengkotnya marah dan berkata, "Pergi kamu sialan ! Kalau tidak kamu akan binasa !"

Al-Gozali q.s. menjawab, "Saya mohon anda untuk mengembalikan catatan pelajaran saya saja, karena benda itu tidak menguntungkan anda".

Dedengkot itu bertanya, "Catatan apa ?"

"Buku di bungkusan itu. Demi untuk mendengar, menulis dan mengetahui ilmu-ilmu yang dikandungnya saya mengembara" jawab Al-Gozali qs.

Dedengkot itu tertawa terbahak-bahak seraya mengejek, "Bagaimana kamu berilmu, buku itu sudah kami rampas, sehingga kamu tidak bisa mengetahuinya lagi !"

Kemudian ia perintahkan anak buahnya untuk mengembalikan buku itu.

Wasilah kejadian itulah, Al-Gozali q.s. kemudian menyediakan waktu khusus selama tiga tahun menghapal pelajarannya, sehingga tidak ada lagi orang yang dapat merampas ilmunya.

Selengkapnya...